BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tingkat
kesuburan masyarakat mempengaruhi kesehatan reproduksi yang
merupakan
bagian penting dan merupakan paling utama dalam upaya mencapai kehidupan yang
berkualitas karena kesehatan reproduksi merupakan refleksi dari kesehatan
konsepsi, kesehatan anak, remaja dan masa dewasa, dengan demikian kesehatan
reproduksi menentukan kesehatan wanita dan pria serta generasi selanjutnya.
Fertilitas ialah kemampuan seorang wanita untuk hamil dan
melahirkan anak hidup oleh pria yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas
merupakan kemampuan fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan
kelahiran anak hidup. Sebelum dan sesudahnya tidak seorangpun tahu, apakah
pasangan itu fertil atau tidak. Riwayat fertilitas sebelumnya sama sekali
tidak menjamin fertilitas dikemudian hari, baik pada pasangan itu sendiri
maupun berlainan pasangan.
Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan
menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57% dalam 3 bulan,
72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu
median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8
bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian
kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah
infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak, dihadapkan pada kemungkinan
kehamilan lebih dari 12 bulan.
Infertilitas merupakan ketidakmampuan seorang wanita untuk
menjadi hamil dan melahirkan anak, dengan melakukan hubungan seksual secara
rutin dan teratur selama satu tahun berkumpul bersama. Disebut Infertilitas
primer, kalau istri belum pernah hamil selama 12 bulan walaupun
bersenggama secara rutin. Dan disebut infertilitas sekunder, kalau istri
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun
bersenggama.
Berdasarkan catatan WHO , di dunia ada sekitar 50-80 juta
pasangan suami istri mempunyai problem infertilitas dan setiap tahunnya muncul
sekitar 2 juta pasangan infertil baru. Tidak tertutup kemungkinan jumlah itu
akan terus meningkat.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari fertilitas dan infertilitas ?
2.
Apa saja penyabab terjadinya infertilitas ?
3.
Bagaimana perkembangan masalah infertilitas sampai saat ini ?
4.
Upaya-upaya apa sajakah yang harus dilakukan oleh bidan untuk mengatasi
masalah
infertilitas ?
1.3 Tujuan
1. Umum
Mengetahui perkembangan masalah infertilitas serta
upaya-upaya apa sajakah yang harus direncanakan untuk mengatasi masalah
infertilitas.
2.
Khusus
a.
Mengetahui
definisi ferilitas dan infertilitas
b.
Mengetahui
macam infertilitas
c.
Mengetahui
prevalensi infertil
d.
Mengetahui
penyebab-penyebab terjadinya masalah infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat
penting bagi pria dan wanita yang akan atau sudah berumahtangga. Hal ini di maksudkan
agar pasangan suami isteri dapat menjaga keharmonisan rumah tangganya dan
mereka juga bisa meneruskan generasi mereka, yaitu menghasilkan seorang anak.
Lebih dari 80% pasangan suami isteri
yang mengalami gangguan kesuburan dan ini banyak sekali terjadi pada negara
yang sedang berkembang. 7-15% diantaranya masih tergolong ke dalam usia 15 - 40
tahun dengan rating tertinggi dialami oleh para wanita sebesar 40% sampai
dengan 60%.
Tingkat
kesuburan dibedakan menjadi 2 yaitu
1.
Fertilitas.
Fertilitas adalah kemampuan istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup
oleh suami yang mampu menghamilinya.
2.
Infertilitas
a. Pengertian.
Infertilitas adalah suatu keadaan
pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak tetapi tidak bisa mewujudkan
keinginannya tersebut karena adanya masalah kesehatan reproduksi baik pada
suami atau istri.
b. Pembagian infertilitas
Infertilitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Infertilitas primer
Infertilitas
primer adalah pasangan usia subur yang telah melakukan hubungan suami istri
teratur 2-3 kali semingggu tanpa memakai alat kontrasepsi selama 1 tahun tetapi
belum terjadi kehamilan juga.
2. Infertilitas Sekunder
Infertilitas
sekunder adalah pasangan usia subur yang telah punya anak dan sudah tidak
menggunakan alat kontrasepsi serta melakukan hubungan suami istri teratur 2 – 3
kali tetapi belum hamil juga.
Infertilitas menurut WHO :
a.
Infertilitas
primer adalah pasangan suami istri yang belum pernah hamil meskipun senggama
dilakukan tanpa perlindungan apapun untuk waktu sekurang-kurangnya 1 tahun.
b.
Infertilitas
sekunder adalah pasangan suami istri yang pernah hamil tetapi kemudian tidak
mampu hamil lagi dalam waktu 12 bulan meskipun senggama tanpa perlindungan
apapun.
c.
Subvertilitas atau subvekunditas adalah
kesukaran untuk menjadi hamil yang mungkin disebabkan oleh vekunditas yang
menurun pasangan suami istri.
d.
Sterilitas
adalah ketidakmampuan yang lengkap dan permanen untuk menjadi hamil atau
menghamili meskipun telah diberi terapi.
e.
Tanpa anak atau chillessness adalah pasangan
suami istri yang tidak pernah menghasilkan anak yang mungkin disebabkan oleh
vekunditas, kontrasepsi, dan abortus.
2.2 Penyebab
1.
Penyebab
Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada pria
a.
Kelainan
Genetik
Meskipun amat jarang, ketidaksuburan pria dapat disebabkan
oleh kelainan genetik seperti cystic fibrosis. Gangguan genetik meliputi
kelainan pada kromosom seks, yang terjadi pada sindrom Klinefelter.
b.
Gangguan
Hormonal
Gangguan hormonal yang terjadi dapat menghalangi produksi
sperma. Untuk merangsang testis menghasilkan sperma, dibutuhkan hormon yang
dihasillkan oleh kelenjar ptituari. Bila hormon tersebut tidak ada, atau
jumlahnya menurun dalam jumlah yang signifikan maka sudah barang tentu kinerja
testis tidak akan sempurna.
c.
Varikokel
Adalah terjadinya pelebaran Pembuluh Darah Vena di sekitar
Buah Zakar. Hal ini biasanya terindikasikan dengan adanya benjolan pada bagian
atas buah zakar dan biasanya terjadi pada sebelah kiri.
d.
Sumbatan
Saluran Sperma
Biasanya disebabkan bawaan lahir karena tidak
terbentuknya sebagian saluran sperma. Selain itu infeksi juga dapat menyebabkan
terjadinya sumbatan saluran sperma. Infeksi pada saluran reproduksi dapat
disebabkan oleh bakteri melalui penyakit menular seksual. Jika memang
disebabkan karena infeksi bakteri mungkin akan terjadi sumbatan akibat
perlekatan dari saluran reproduksi pria.
e.
Impotensi
Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup.
Karena itu penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan
impotensi. Impotensi juga bisa terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat
pembedahan pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke
penis. Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan
impotensi.
f.
Kebiasaan
Merokok
Merokok dapat menambah risiko kemandulan dan disfungsi
ereksi pada pria. Nikotin membuat darah mengental sehingga tidak bisa beredar
dengan lancar, termasuk di pembuluh darah alat kelamin. Akibatnya, muncul
gangguan seksual seperti ejakulasi dini, ereksi tidak sempurna, bahkan
impotensi.
g.
Kebiasaan
Minum Beralkohol
Alkohol dalam jumlah besar dapat menurunkan kadar hormon
testoteron sehingga mengganggu produksi sperma.
h.
Pengaruh
Radiasi
Radiasi akan memberikan efek negatif terhadap konsentrasi
dan kualitas sperma. Selain itu sperma yang terkena pengaruh radiasi akan
memiliki gerakan berenang yang kurang baik yang akan mengurangi kesempatan
untuk pembuahan.
i.
Pengaruh
Obat
Beberapa jenis obat bisa mempengaruhi tingkat kesuburan. Obat-obatan
seperti antibiotika, pereda rasa sakit, obat penenang, dan obat hormonal dapat
menurunkan tingkat kesuburan pria.
2.
Penyebab
Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada wanita
a.
Sumbatan
pada saluran telur
Sumbatan saluran telur disebabkan antara lain adanya
perlengketan pada sekitar saluran telur, hal ini sebagai akibat dari pernah
terkena IMS dan radang panggul sehingga menghambat pertemuan sel telur dengan
sperma.
b.
Endometriosis
Yaitu sel selaput lendir rahim yang tumbuh pada tempat yang
tidak semestinya, yaitu di indung telur. Hal ini dapat menimbulkan perlengketan
pada sekitar saluran telur atau pada organ reproduksi lainnya.
c.
Kelainan
lendir leher rahim
·
terlalu
pekat, yang dapat menghambat laju gerakan sperma
·
terlalu
asam, yang dapat mematikan sperma.
d.
Berat
Badan Tidak Seimbang
Berat badan yang tidak seimbang dapat mengganggu kesuburan
perempuan, karena tubuh memerlukan 17% dari lemak tubuh di awal masa siklus
haid, dan 22% di sepanjang siklus haid. Lemak tubuh mengandung enzim aromatase
yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon estrogen. Jadi, jika persediaan lemak
dalam tubuh tidak memadai, akan memberikan andil besar terhadap ketidaksuburan.
e.
Faktor
Usia
Usia berpengaruh terhadap masa reproduksi, artinya selam
masih haid teratur kemungkinan ia masih bisa hamil. Penelitian menunjukkan
potensi wanita untuk hamil menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis
pada usia di atas 38 tahun (Kasdu,2002). Hal ini juga berlaku pada pria
meskipun pria tetap dapat menghasilkan sel sperma sampai usia 50 tahun. Hasil
penelitian menunjukkan hanya sepertiga pria berumur di atas 40 tahun yang mampu
menghamili istrinya dalam waktu 6 bulan di banding pria yang berumur di bawah
25 tahun. Pada wanita, begitu masuk usia 35 tahun, kesuburan akan menurun dan
semakin menurun drastis di usia 37 tahun sampai akhirnya masuk ke masa
menopause di atas 40-45 tahunan. Cadangan sel telur akan terus berkurang setup
kali wanita mengalami menstruasi dan lama-kelamaan akan habis saat menopouse.
Sebaliknya, usia tidak membatasi tingkat kesuburan pria dimana “pabrik sperma”
akan terus memproduksi sel-sel sperma selama anatominya normal.
f.
Gaya
Hidup Yang Penuh Stres
Gaya hidup ternyata pegang peran besar dalam menyumbang
angka kejadian infertilitas, yakni sebesar 15-20%. Gaya hidup yang serbacepat
dan kompetitif dewasa ini rentan membuat seseorang terkena stres. Padahal
kondisi jiwa yang penuh gejolak bisa menyebabkan gangguan ovulasi, gangguan
spermatogenesis, spasme tuba fallopi, dan menurunnya frekuensi hubungan suami
istri
g.
Kelainan
Mulut Rahim
Normalnya, mulut rahim mengarah ke depan (antefleksi),
sehingga berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina. Kondisi inilah
yang memungkinkan spermatozoa sampai ke dalam saluran mulut rahim yang
menghubungkan antara vagina dan rongga rahim. Penyimpangan dari posisi
normalnya, seperti retrofleksi (posisi rahim menghadap ke belakang), bisa
menghambat terjadinya kehamilan.
h.
Kelainan
Rahim
Adanya kelainan rongga rahim karena perlengketan,
mioma atau polip; peradangan endometrium dan gangguan kontraksi rahim, dapat
mengganggu transportasi spermatozoa. Kalaupun sampai terjadi kehamilan biasanya
kehamilan tersebut akan berakhir sebelum waktunya.
2.3 Perkembangan masalah infertilitas hingga
saat ini
Masalah kesuburan dipengaruhi oleh budaya dan dapat
mempengaruhi populasi suatu negara. Selain itu tingkat kesuburan masyarakat
juga mempengaruhi kesehatan reproduksi yang merupakan bagian penting dan
merupakan upaya paling utama dalam mencapai kehidupan yang berkualitas
karena kesehatan reproduksi merupakan refleksi dari kesehatan konsepsi,
kesehatan anak, remaja dan masa dewasa, dengan demikian kesehatan reproduksi
menentukan kesehatan wanita dan pria serta generasi selanjutnya.
Infertilitas merupakan suatu krisis dalam kehidupan yang
akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan seseorang. Sangat menusiawi
dan normal apabila pasangan infertilitas mempunyai perasaan yang berpengaruh
tehadap kepercayaan diri dan citra diri. Lebih parah lagi menurut the national
infertility asosiation menyebutkan beberapa gejala yang dapat terjadi antara
lain, timbul perasaan sedih, depresi atau putus asa lebih dari 2 minggu. Ada
perubahan segnifikan dalam selera makan, sulit tidur atau lebih banyak dari
biasanya dan ketika bangun badan tetap merasa lelah. Merasa khawatir dan curiga
sepanjang waktu, kehilangan ketertarikan dalam hoby. Mengalami masalah den gan
konsentrasi, merasa mudah marah atau sulit mengambil keputusan. Merasa tidak
berguna, frustasi dan berfikir lebih baik mati, kehilangan nafsu seksual dan
lebih senang menyendiri daripada bersama dengan temen-temen dan keluarga.
Masalah ketidaksuburan atau infertilitas merupakan masalah
yang cukup sensitif bagi pasangan suami istri. Bahkan beberapa kasus berujung
pada perceraian. Sepertinya sudah terbiasa , bila suatu pasangan infertil maka
perempuanlah yang paling di curigai, bahkan di vonis sebagai penyebabnya. Namun
hal ini merupakan anggapan yang keliru, karena kemungkinan ketidaksuburan bisa
datang suami, istri atau kedua belah pihak secara bersamaan. Infertilitas yang
disebabkan oleh istri sebesar 35%, faktor suami 35%. Faktor keduanya 20% dan
penyebab lainnya 10% (Mustar,2006).
Di Indonesia kejadian wanita infertil 15 % pada usia 30-34
tahun, meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 55 % pada usia 40-44 tahun.
Hasil survei gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah menikah selama 12
tahun, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40 % karena infertilitas pada
wanita, dan 10 % dari pria dan wanita, 10 % tidak diketahui penyebabnya.
Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas 524 (5,1%) PUS dari 10205
PUS.
Dari sekian banyak kasus infertilitas hanya 50% saja yang
berhasil di tangani baik secara program bayi tabung dan sebagainya( Sarwono,
1999).
2.4 Upaya-upaya bidan dalam menangani masalah
Infertil
Memberikan penyuluhan tentang pentingnya kesuburan dan
akibatnya bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
a. Mengajak ibu-ibu dan remaja untuk mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan reproduksi dengan benar.
b. Memberitahu teknik hubungan seks yang benar, contohnya:
posisi wanita dibawah dengan bokong diganjal bantal agar sperma lebih mudah
sampai di uterus.
c. Menganjurkan untuk melakukan hubungan seksual saat masa
subur.
d. Menganjurkan memilih makanan yang dapat meningkatkan
kesuburan, misal : terong dan kecambah.
e. Menyarankan melakukan hubungan seksual secara teratur,
misalnya 3 kali dalam seminggu.
f. Menganjurkan untuk
periksa ke dr.SpOG guna mengetahui lebih lanjut penyebab pasti infertilnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Tingkat Kesuburan seseorang dapat dilihat dari keadaan
fertil atau infertilnya. Fertilitas ialah kemampuan seorang wanita untuk
hamil dan melahirkan anak hidup oleh pria yang mampu menghamilinya. Jadi,
fertilitas merupakan kemampuan fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan
kehamilan dan kelahiran anak hidup. Sebelum dan sesudahnya tidak seorangpun
tahu, apakah pasangan itu fertile atau tidak. Riwayat fertilitas sebelumnya
sama sekali tidak menjamin fertilitas dikemudian hari, baik pada pasangan itu
sendiri maupun berlainan pasangan.
Infertilitas merupakan ketidakmampuan seorang wanita untuk
menjadi hamil dan melahirkan anak, dengan melakukan hubungan seksual secara
rutin dan teratur selama satu tahun berkumpul bersama. Disebut Infertilitas
primer, kalau istri belum pernah hamil selama 12 bulan walaupun
bersenggama secara rutin. Dan disebut infertilitas sekunder, kalau istri
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun
bersenggama.
3.2
Saran
Sebagai
sumbangan dari rangkaian penulisan makalah ini, penulis merasa makalah ini
masih jauh dari sempurna, jadi penulis menyarankan penulis selanjutnya agar
dapat melakukan perbaikan. Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum dapat
di generalisasikan bagi pasangan infertil.
Walaupun infertilitas tidak mengancam jiwa, namun kondisi
infertilitas merupakan suatu krisis, individu yang mengalami kondisi ini
merasakan dampak yang besar terhadap kehidupan pribadi dan keluarga. Untuk itu
dalam praktik pelayanan kebidanan bidan dapat lebih bijaksana dalam
berkomunikasi atau dalam memberikan informasi serta memberikan dukungan pada
pasangan infertilitas ini. Makalah ini juga direkomendasikan bagi praktik
kebidanan komunitas dimana sebagai bidan komunitas dapat melakukan pendekatan
bagi pasangan infertilitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba,Ida Bagus Gede. 2002. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
2. Afi Darti Nur. 2006. Stress dan Coping Ibu yang Belum
Mempunyai Keturunan. Medan : FK USU
3. Manuaba,Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
4. Sastrawinata,Prof. R. Sulaiman. 2000. Ginekologi.
Bandung: Elstar Offset
5. Wiknjosastro,Prof. Dr. Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6. Suparyanto,dr.2009. TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA
SUBUR TENTANG INFERTILITAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG JOMBANG http://dr-suparyanto.blogspot.com/2009/12/tingkat-pengetahuan-pasangan-usia-subur.html.
diakses maret 2011
7.
Nuari,Derry.2011.Gambaran
Pengetahuan Pasangan Infertil tentang Infertilitas di Desa. http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc/2011/01/gambaran-pengetahuan-pasangan-infertil.html.
diakses maret 2011
8. Nurvita,Eva.2007. Mekanisme Koping Pasangan Infertil di
Kecamatan SingkilKabupaten aceh
9. Singkil.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14288/1/08E00730.pdf.
diakses maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar